Kita sedang tumbuh bersama

“Beberapa dari kita telah begitu membingungkan waktu. Memeluk khawatir seperti manusia yang takut pada pertemuan terakhir. Bergulung dengan degub jantung sendiri, meriak riak tiada henti. Padahal esok hari kita akan saling melempar cerita lagi.”

Kalimat ini tidak berlaku untuk orang orang yang pandai mengeluhkan waktu. Tidak pula berlaku untuk orang orang yang sibuk memandang sisi buruk. Namun akan berlaku untuk orang orang yang semangat menemukan banyak hal baik dalam setiap masalah, yang semangat terlibat peran besar dimana mana, yang semangat untuk meluruskan diri menjadi manusia yang tumbuh dalam kebaikan.

Manusia itu terus bertumbuh. Bukan hanya fisiknya yang bertumbuh besar dan tinggi. Namun hati dan pikirannya juga bertumbuh luas, bertumbuh besar dan terus bertumbuh dengan baik. Bertumbuh bukan berarti berubah. Karena berubah hanya akan membuatmu menjadi pribadi yang ingin diganti. Pribadi yang merasa selalu kekurangan penilaian. Pribadi yang haus akan penghargaan. Pribadi yang akan membenci dirinya sendiri. Tapi bertumbuh adalah pergerakan ke arah yang lebih lebih lebih baik dari pada sebelumnya. Bertumbuh besar. Besar hatinya, besar pikirannya, besar keikhlasannya, besar semangat dan cita citanya. 

Siapa yang sedang bertumbuh?
Kita semua. 
Begitupun aku dan kamu. 

Sejenak...

Pertemuan yang kita tanggalkan kemarin begitu berharga. Bagaimana tidak, kita bertemu dalam keadaan baik di waktu yang baik. Tubuh kita dalam keadaan sungguh sehat, pikiran kita begitu besar terbuka, hati kita begitu lapang. Tidak ada rindu yang terbuang percuma, kita telah menanam lalu memetik buahnya yang begitu manis. Diskusi yang saling kita lemparkan begitu candu hingga ia mengalir melewati hilir tanpa muara. Terus berlanjut. Canda candamu memberi pertanda untuk kita tetap berpegangan pada waktu yang tak pernah terencanakan. 

Sungguh dunia menawarkan kebahagiaan begitu besar yang memekik rongga dadaku hingga membengkak. Mungkinkah ada kebahagiaan lain yang menjanjikan? Rasanya ini sudah terlewat cukup. 

Jika kita memutar roda waktu begitu jauh ke belakang. Mungkin telah banyak hal baik yang telah kita lewatkan. Namun untuk menjadi yang lebih baik, kita tidak pernah terlambat. Luka luka yang mungkin akan terus merobek robek adalah bentuk hal yang harus kita syukuri. Biarlah, akan selalu terjahit oleh rindu. Mungkin juga, rindu yang menjadi jadi selalu menjadi temanmu di malam hari. Sepi akan terus meronta ronta karena satu sosok yang paling dirasa. 

Riuh angin telah membawa kita kesini, ke tempat yang jauh lebih indah dari sebelumnya. Dua tempat yang berbeda menjadi tempat ternyaman bagi kita mengucap doa panjang. Tanpa ada hal yang selalu direncanakan apalagi diucapkan. Mungkin saja, harapan selalu tak berujung dengan apa yang kita doakan. Tidak apa apa, kebaikan kebaikan lain masih banyak yang belum terjadi. Mari kita belajar berbesar hati untuk sesuatu yang tidak ditakdirkan untukmu, mari kita belajar berlapang dada untuk menerima apa yang seharusnya menjadi milikmu. 

Walau begitu, hati kadang tak bersemangat ketika tak mendengar kabar baikmu, lemas dan khawatir berlebihan sering masuk ke hari hari tanpa permisi. Tingkah polah sederhana yang membuat sedikit hati terluka. Jarak yang terkadang jadi musuh waktu karena terus kusalahkan. Alasan alasan yang spotan masuk akal untuk jadi bahan pembelaan. Lelah rasanya menghabiskan energi yang seharusnya kupakai untuk menjeput esok hari. Karena aku percaya bahwa hal yang berharga akan datang kepada kita yang berpegangan begitu sabar. Kepada kita yang begitu semangat dengan gagasan “sebanyak mungkin berbuat baik” dan kepada kita yang bercita cita membangun kehidupan yang bahagia versi kita. Tanpa sadar kita sedang berlari.

Kita hanya sedang saling meminjamkan kepercayaan, kita saling mendewasakan, saling berlomba membangun kebaikan, saling menyerahkan segala keputusan kepada yang menciptakan. Kita saling berpelukan dan saling berpegangan. Dalam doa. 


Kita hanya sedang tumbuh bersama.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer