Berjalan

Ada satu kebetulan yang membuahkan pemikiran, tepat 2 minggu ke belakang. Saat berjalan di trotoar Bundaran HI ada yang menepuk punggungku dari belakang, adalah teman yang sekian tanggal lamanya tak bertemu. Kami bersinggungan dan berjalan beriringan. Satu kalimat yang sampai saat ini melekat di kepalaku.

“Kamu sudah berjalan jauh sekali ya” untuk penekanan sebuah kasus yang singkat kita lontarkan. Kalimat itu menyadarkanku perihal ini.......

-

Pada satu jalur. Di satu titik yang mendiami. Kita telah sadar bahwa sebagian manusia tengah melakukan perjalanan yang berarti dua hal. Berjalan lebih jauh dan berjalan lebih dalam. 

Berjalan jauh berarti melangkah jauh dari tempatnya sekarang, telah mengumpulkan bekal untuk menuju tempat yang ia kejar. Di perjalanan, tentu yang ia dapatkan adalah segala hal yang serba baru. Kelelahan yang ia tempuh akan membuatnya mengenal teman baru, lingkungan baru, sudut pandang yang baru. Berjalan jauh akan membuatmu kaya dengan pengalaman.

Berbeda dengan berjalan lebih dalam. Ia berbekal hati dan kepalanya sendiri. Mengandalkan lingkungan yang ia diami sebagai tempat untuknya belajar. Bukan hal baru dan tempat yang baru, namun berjalan lebih dalam akan memberikanmu pemahaman lebih tajam.

Manakah yang lebih baik diantara keduanya? 

Berjalan lebih jauh membuatmu kaya akan hal baru. Berjalan lebih dalam membuatmu lebih mengenal dirimu sendiri. Tak ada yang lebih baik dari keduanya jika berjalan jauh hanya menjauhkanmu dari rasa bersyukur. Dan jika berjalan lebih dalam membuatmu lupa mengejar kebaikan di sekitar.

Perjalanan keduanya akan menjadi baik ketika berjalan lebih jauh atau lebih dalam membuat kita telah belajar begitu banyak kebaikan. Menjadikan diri kita sebagai diri yang tak sama lagi. Yaitu diri yang tengah berlari menuju esok hari lebih baik. Berjalan adalah satu satunya cara untuk menemukan bagian darimu yang hampir sampai pada titik menjadi pribadi lebih baik. Jangan berhenti, kita terus berpegangan untuk hal yang tengah pasti.