Tersesat di Pendakian Manglayang

Throwback 11 Nopember 2014.
Saat itu, kita memutuskan untuk mendaki salah satu gunung di daerah Jatinangor Sumedang yaitu gunung Manglayang. Kita bersepuluh mulai melakukan perjalanan dari kampus sekitar jam8 pagi dan sampai di kaki gunung sekitar jam9 pagi. Saat diperjalanan, kita mengalami banyak hal yang konyol, mulai yang gak tau arah jalan dari Unpad menuju kaki  gunung itu dan motor yang mogok-mogok gak kuat karena jalanan yang sangat curam, tapi kita akui bahwa udara disana sangat sejuk tidak terkalahkan apalagi saat melewati Bumi Perkemahan Kiara Condong, it's be like *suasana ini yang gue cari* kata Kibo temen gue. Disitu dengan udara yang sebegitu segra dan pemandangan yang hijaunya, gue merasa lagu Pradise-nya Coldpay otomatis berputar diotak gue wkwkwk efek reality travelling show nih.
Setibanya di kaki gunung berfoto ria terlebih dulu di warung Ma Ipah, warung yang menjajakan makanan berat ataupun kopi dan teh panas sebelum atau sesudah melakukan pendakian. Setelah beberapa puluh menit kita bercanda, kita bersiap-siap dengan membawa ransel dengan isi peralatan seadanya *ingat, kita berencana untuk naik turun lagi hari itu juga*. Kita sempat bingung tepatnya kelima cowok sih yang bingung. Ada dua jalur, kanan dan kiri untuk sampai ke puncak. Kita berpikir bahwa seorang dari temen kita yang awal mula memberi kita ide untuk mendaki disini memang sudah pernah dan minimal tau arah jalannya kemana, ternyata dia masih meraba-raba. Ok ok kita jajal bersama, gue dan kesembilan temen gue yaitu Kibo, Auliya, Fauzul, Annisa, Alifya, Kiki, Hanif, Raditya dan Fattah. Ok, climbing is begin .....
Perjalanan kita sangat penuh dengan canda dan tawa, apalagi ada seseorang yang sering menjadi bahan lelucuan kita yaitu Radit, si pengajak dakian gunung ini sekaligus pencetus hastag *classix sampe puncak*. Omongannya yang nyeplos membuat kita semua diperjalanan merasa lemes karena banyak tertawa, jadi bersyukur aja sih perjalanan kita gak garing. Pihak cewek juga gak mau kalah, kita punya Annisa si crewet dan riweuh, ya itulah panggilan kita buat dia karena seakan akan semua masalah dibuat riweuh dan kita selalu kewalahan dengan sikapnya haha nis nis sampe2 gara-gara Radit, akhirnya dia dipanggil Caca :))). Perjalanan kita tanpa mereka pasti bakalan GARING. Lalu perjalanan gue sempet nyeplos kalo jalan yang sedang kita jajaki ini seperti bukan jalur pendakian sebiasanya, terkadang jalannya harus melewati kerumunan akar pohon dan sebentar-sebentar jalannya berbelok juga hanya setapak seperti jarang orang yang lewat kesini. Perjalanan kita sejenak terhenti setelah seorang aa aa setengah baya berpapasan dengan kita dan bertanya "neng, a pada mau kemana ini teh?" kami langsung menjawab bahwa kami akan ke puncak lalu dia menjawab "puncak bayangankah?" kita menjelaskan bahwa tujuan kita ya pasti ke puncak utama. Dan ternyata dia bilang bahwa kita SALAH JALAN. Tapi entah kenapa gue sendiri gak merasa percaya sama si abang-abang itu, gue keinget banyak orang jahat dihutan hutan tapi kita tetep kasih kesempatan buat dia ngomong. Dia bilang kalo mau ke puncak utama mau gak mau harus ngulang dari kaki gunung dan ambil jalan ke kanan, gue baru sadar kalo kita ambil jalan kiri -_- akhirnya kita memutuskan perjalanan kita selanjutnya dan kita sepakat menuju puncak prisma atau puncak bayangan karena kita sudah hampi 2 jam kurang untuk mencapai kesana saja. Kita gak mungkin mulai dari awal lagi. Setelah sampai dipuncak bayangan, seperti biasa kita berfoto ria dulu ala-ala pendaki gunung pegang kertas bertuliskan berapa meter puncak itu "Mdpl" hahaha setelah puas berfoto dan melihat bagian Jatinangor dari atas, kita menoleh ke arah kanan. Ya, puncak utama. Mata kita berbinar-binar melihat puncak yang kelihatan sedikit lagi tercapai, muka kita yang sudah lusuh tetap memancarkan api semangat menuju kesana ceilah.
Akhirnya kita berunding dengan dipimpin ketua kita yaitu Kiki, kita sepakat bahwa kita akan ke puncak utama dengan cara meraba-raba track pendakian, kita gak mungkin kan harus ngulang dari awal sedangkan kalo kita pulang, kepuasan kita GAK ADA. Disini, kita gak merasa mau sok tau, tapi kita mau coba lihat track nya dan kalo susah banget, kita bakalan pulang, iya pulang ke jalan yang sama. Semakin jauh semakin jalan yang kita lalui bener-bener susah, sangat jelas kalo kita mencari dan membuat track sendiri. Berbagai rintangan kita lalui seperti melewati curam hanya mengandalkan akar-akar pohon, nerobos akar-akar rindang yang berulat dll. Di part perjalanan ini, *tsaah part aja kaya novel* mulai pada kelihatan sifat asli masing-masing, seperti Mas Uzul yang memang jantan banget, dia menolong semua dari kita yang kesusahan dan dia mau ribet. Kata-kata yang selalu kita inget dari dia *udah sok injek aja kaki gue injek* seakan-akan kakinya untuk penopang badan kita. Terus Kiki yang sifat kebapaannya yang semakin terlihat, dia begitu bijak penyikapi semua masalah yang kita lalui wkwk so dia yang mimpin perjalanan kita ini sampe akhir dan coba buat jalan dengan menebas-nebas pohon, sedangkan Hanif dan Radit terus Kibo jaga kita dari belakang mengawasi dan memastikan perjalanan kita baik-baik aja. Sementara itu, susah banget buat Aul dan Nisa yang baru pertama kali naik gunung, maka mereka harus mendapatkan bantuan khusus seperti tangan yang gak boleh lepas. Rintangan demi rintangan yang kita lewati akhirnya puncak gunung semakin terlihat, kita makin semangat. Dan sekitar 25-30 meter lagi sampe puncak, tanah yang kita pijaki gembur banget gembur, dan hari makin gelap, disitu kita bener-bener gak bisa gerak dan intinya sekali kita gerak, kita jatuh ke jurang yang tepatnya di pinggir kiri kita. Disitu kita sadar bahwa kita STUCK....ups.
Dan seperti yang gue bilang tadi bahwa kita hanya bawa bekal yang cukup tanpa ada peralatan apapun!!!!!!! Akhirnya kita hanya bisa menunggu bantuan dari Kiki yang mencoba mencari bantuan ke atas syukurnya dia sampai kesana, tapi tidak ada seorangpun dari kita yang bisa menyusul, Fauzul yang selalu bisa melewati rintangan apapun dia juga terkilir parah ketika sampai disana, berjam-jam kita stuck disana berharap ada kepastian, dan yang berhasil ke atas darilah 4 orang cowok dan dua cowok dibawah jagain kita. Sebenernya kita udah coba tapi gak ada yang berhasil sampe Hanif mau jatoh dan selamat gara-gara kaki Aul yang tahan, DRAMATIS ketambah kita panik dan khawatir sama mata Aul yang terkena mungkin bulu ulat dan akhirnya membengkak gede banget sampe aku serem liatnya dan kasian *map yak ul*.
Kita makin gelisah apalagi setelah hujan rincik-rincik turun dan tanah yang makin longsor, jas hujanpun yang membawa hanya beberapa orang termasuk gue gak bawa :) pikiran kita makin kacau sampai berpikir bahwa kita tidak akan kembali ke asrama lagi, handpone mati, baju dan tas basah, makanan hampir habis, dan yang paling bodoh kita cuma bawa senter 3, satu dibawa keatas dan dua dibawah itupun yang satu hampir mau mati GILA, mana hari makin gelap, wajah perorang semakin tak terlihat dan kita hanya bisa bicara dari satu kesatu untuk memastikan bahwa kita masih aman. Akhirnya setelah sekitar 5 jam kita bertahan, warga mulai menemui kita dan membantu kita turun, saat itu perasaan kita udah seneng banget gila karena seakan-akan mereka selamatin nyawa kita, nyawa men. Akhirnya kita dituntun ke track utama dan kita bertemu dengan 4 temen kita yang sempat terpisah, kita berpelukan seakan kita berpikir gak akan ketemu lagi :') lalu SAR Unpad, IKOPIN dll membantu perjalanan kita turun Akhirnya kita di evakuasi :') dan menginap di Sekre SAR Unpad untuk istirahat. Kita dikasih baju ganti dan diberi selimut hangat. Besok pagi kita pulang ke asrama daaaaaan alhamdulillah kita selamat :) ini jadi pelajaran banget buat kita bahwa naik gunung bukan hanya sembarang hobi, tapi kita harus mempersiapkannya dengan matang terlebih dahulu, entah peralatan ataupun fisik dan mental, jangan sekali kali naik gunung tanpa kita tak mengetahui jalannya terlebih dahulu, pastikan kita bersama seorang guide yang memastikan perjalanan kita aman, tapi dari sisi positifnya, kita jadi semakin deket dengan teman kita dan tetep jalin silaturahmi sama temen-temen SAR Unpad yang udah berbaik hati nolong kita, yang pasti pengalaman ini sangat berharga banget buat kita dan gak akan pernah kita lupain sampe kapanpun, biarkan cerita ini kita simpan untuk anak cucu kita kelak :)

Komentar

Postingan Populer