Dilema pilih jurusan

Broadcaster. Pikiran yang terbersit saat mendengar kata itu hanya satu yaitu kru televisi. Begitu sempit dan polosnya pikiranku saat itu. Oke, Broadcaster memang orang-orang yang bekerja di media dan berhubungan dengan komunikasi massa dan cakupannya sangat luas. Bisa jurnalis, produser, script writer, editor, dll yang mengurusi bagian belakang panggung. Entah kenapa saat gue SMA gue merasa tertarik dengan bidang itu, sebenarnya dari gue jaman-jaman SD gue sering merhatiin program-program televisi dan selalu  ingin tahu bagaimana proses dibelakangnya itu. Setelah SMA baru gue sadar bahwa semua yang berurusan dengan itu adalah bidang Broadcasting. Gue sempet bingung, dua tahun sebelum lulus SMA gue merasa tertarik dengan bidang kesehatan entah itu karena gue mampu dibidang itu atau karena keuangannya yang menggiurkan yang pasti saat itu gue selalu merasa bahwa itu passion gue. Walaupun gue sendiri sadar bahwa gue bener-bener gak punya kemampuan dibidang itu, gue selalu memaksakan karena gue percaya sesuatu yang diawali dengan kesenangan pasti akan berujung kebahagiaan ceilah....
Akhirnya gue pilih satu profesi yang gue idamkan yaitu DOKTER, yap kuliah di kedokteran tidak semudah yang dibayangkan apabila sedang berangan-angan sendiri dikamar dengan lampu yang gelap dan posisi berbaring sebelum tidur, gue tau iya gue tau, tapi entah kenapa gue selalu percaya bahwa gue bisa. Apalagi kalo harus menuruti perbincangan orang sekampung, merasa gue tertekan dan gue harus kuliah kedokteran. Well, jurusan kuliah yang menurut orang-orang desa pikirkan adalah guru, bidan, dokter atau pelayaran sedangkan broadcaster? itu apa? yang bahkan merekapun gak tau arti dari kata itu apa. Seakan-akan jurusan itu yang paling menjanjikan, oke berarti selama ini gue terlalu tertekan dengan semua hal itu, dan bahkan keluarga gue sendiri berpikiran seperti itu.
Berkat ke-keukeuhan-an gue ini, gue memaksakan ikut testing diberbagai universitas dan ambil jurusan kedokteran. 3 hari di Jakarta membuatku merasa suntuk karena harus ikut seleksi yang akhirnya menyisihkan 15 orang dari sekian ratus orang pendaftar, oke gue marah dan nangis sekencang-kencangnya. Masih ada dua univ lagi yang menunggu dan saat itu posisi gue sudah terdaftar. Akhirnya Tuhan datang dengan segala kekuasaanNya, entah kenapa gue dikasih hidayah dengan tiba-tiba merasa kalo gue gak harus melanjutkan cita-cita gue jadi DOKTER itu. Bukan masalah putus asa, sebenarnya kesempatan masih banyak tapi gue berusaha membulatkan hati gue bahwa sebenarnya keinginan gue masuk kedokteran hanya sebatas keinginan dan seakan-akan gue ingin jadi bahan perhatian dikampung gue *gue calon dokter nih, gue dokter nih, lu mau apa?* astagfirullah.... semalaman gue pikirin hal itu, gue udah bulat mau masuk kesana tapi tiba-tiba seakan-akan ada bisikan kalo itu jalan salah. Masalah hal yang harus gue pelajari nanti gue gak mikirin, tapi yang gue pikirin adalah bokap gue yang berusaha biayain kuliah gue beratus-ratus juta dengan segala keikhlasan dia, tapi gue sendiri berjalan diatas kesombongan. Gue mungkin akan membanggakan kedua orangtua gue, tapi dari diri gue sendiri bukan bangga, tapi sombgong. Apalagi masalahnya bersangkutan dengan nyawa orang, profesi ini bukan hanya sekedar kebanggaan tapi juga harus diimbangi otak yang memadai, gue udah sadar dari awal tapi gue gak pernah mikir sampe kesitu. Ternyata Tuhan selalu tau yang terbaik, Dia tau, bahkan saat ini gue bersyukur bahwa gue GAGAL masuk saat itu. Tuhan nyadarin gue bahwa apa yang gue inginkan bukan apa yang sebenarnya gue butuhkan, gue bersyukur. Gak banyak orang yang tau bahwa gue merasa syukur akan hal ini, mungkin orang diluar sana berpikir bahwa gue terpuruk. TERSERAH. Mereka hanya ibarat penonton bola yang hanya bisa berkomentar dan berbicara sedangkan mereka sendiri tidak bisa apa-apa :)))))))
Akhirnya gue masuk BROADCAST, dimana setelah gue masuk bidang ini, gue mendapatkan hal yang bahkan lebih dari yang gue inginkan. Gue bisa belajar tentang film, periklanan, teknologi bahkan bisnis. Semua berdatangan dan meminta gue mempelajarinya. Alangkah indahnya hidup ini jika kita ikhlas menjalankannya, tanpa sama sekali memikirkan uang. Iya, orang bilang menjadi seorang broadcast apalagi bekerja ditelevisi sangat tidak menjanjikan. I DON'T CARE. Gue tetep seneng ngejalaninnya tanpa paksaan. Semua ini menyadarkanku bahwa hidup tak selalu berorientasi pada uang, bahwa pekerjaan bukan hanya berbicara tentang gaji tapi tentang kerelaan dan keikhlasan. Dan yang paling penting, dari apa yang selama ini gue inginkan tentang menjadi seorang dokter, itu semua hanya OBSESI.

Komentar

Postingan Populer