Sampai Kamu Menyadarinya

Ketukan kaki terdengar menghampiri ruangan dingin sedikit berbau tidak sedap, rasanya aku terjebak nyaman dengan karpet merah lusuh ini, siang hari yang cukup panas ini membuat tubuhku malas bergerak, kurebahkan badanku hingga hitungan menit tak bisa beranjak. Bunyi pintu mengeret tanda masuk seseorang, lagi dan lagi badanku beku saat tersadar bahwa mataku bertemu dengan matamu. Tak sempat matamu menjelaskan sesuatu, teman-temanmu memburumu hingga kamu terdorong keluar ruangan itu, kamu dikerumuni pertanyaan dengan tawaan renyah teman-teman pedulimu itu, sesekali aku ingin tau jawabanmu tapi hanya terdengar suara riuh orang-orang dilobi kampus dengan berbagai kegiatan. 

Selama ini aku mencoba diam, selama ini aku mencoba menahan jutaan pertanyaan, karena faktanya banyak orang disekitarmu yang aku lihat sangat memperhatikan setiap apa yang kamu lakukan. Aku iri. Kenyataanya aku iri melihat gadis disekelilingmu, mana tau ada yang membuatmu nyaman. Aku juga ingin bertanya, bertanya mengapa kamu tidak mengabariku semalam. Gara-gara bertemu sosok manismu, aku jadi lega dengan kejadian kemarin malam. 

Aku menyesal kenapa tidak bisa menjadi seseorang yang kamu lihat saat kamu bangun tidur karena lemas dirumah sakit. Kenapa aku tidak bisa memberimu minum saat kamu kehausan tengah malam. Baiklah, aku lega melihat candaanmu yang kembali pada hari itu. Walaupun aku tidak bisa menanyai kabarmu siang itu secara langsung. Bibirku kaku, lututku menyentuh kakimu karena kesempitan saat rapat kecil dimulai. Rasanya aku ingin menanyai kronologismu kemarin saat dirumah sakit, atau hanya sekedar menyapamu renyah dengan satu kata manis "hai", tapi lidahku kelu kedua sisi bibirku berkali kali terbuka untuk mengeluarkan kalimat itu lalu tertutup lagi. 

Aku terlalu bingung untuk memulainya, terlalu takut kalau kalau anggapanmu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada padaku, tahukah, aku ini gadis pemulai. Sudah kubilang, aku sulit menahan gengsi kalau yang aku hadapi itu adalah orang yang benar-benar aku suka, tapi yang tanpa kamu sadari, setelah itu aku menyesal seribu kali, dan tetap mengulangnya. Kamu lemas sekali. Rasanya tangan ini ingin sekali meraba pipimu, merasakan suhu badanmu. Meraih tanganmu yang selalu terlihat lihai dan lenjang. Apa daya, aku bukan siapa-siapa, aku bukan teman yang kamu harapkan. Semoga kelak, kamu akan tahu betapa aku ingin memiliki tanganmu itu, aku ingin bebas memegangnya kapanpun aku mau. Aku ingin meraba pipimu, aku ingin memainkan rambutmu, aku ingin mencolek batang hidungmu, bersandar dibahu tegapmu, memeluk dadamu yang bidang itu, aku ingin anggota tubuhmu melindungiku setiap aku mebutuhkannya. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan, mencuri-curi waktu untuk sekedar meliriknya. Ah, andai saja.



Aku yang menunggumu mengetahui isi hatiku...

Komentar

Postingan Populer