Tuhan Mengembalikan Rasa

Puluhan kalimat ini ditulis saat penulis terbaring menatap langit langit dengan perasaan kosong dan sedikit gamang. Apakah kamu tahu sampai saat ini aku masih berusaha merenggut bayang bayang ingatanmu yang tak kunjung lepas, seperti bola bumi yang berusaha berputar berderik derik terjebak dalam porosnya.

Ada rasa yang tak biasa. Aku memang menikmati segala perasaan beberapa minggu ke belakang walaupun tak yakin akan berakhir bahagia. Udara dari kipas angin yang mengibas ngibas kesejukan dan serbuan partikel cahaya menyelinap dari jendela menjadi saksi kekosongan siang ini. Aku terbaring dengan kepala tersandar dan gamam menyelubungi pikiran.

Aku terus bertanya-tanya mengapa tuhan memberikan rasa ini, rasa yang tak lekas sembuh. Rasa ingin bersamamu sepanjang hari menghabiskan waktu terbahagia dan terduka sekalipun. Kamu tau, betapa bunga yang baru saja mekar sekejap layu karena matahari terlalu terik menimpanya? sama seperti aku mendengarmu mengagumi gadis lain.

Selama ini aku terlaku egois, rasa yang terlaku berlebihan terhadapmu membuatku buta dan tuli. Tolol. Aku merasa ingin tak ada seorangpun yang boleh bersamamu. Betapa konyolnya pikiranku. Aku tidak bisa merelakan siapapun berada dipelukanmu. Itu bukan aku. Aku terlalu menyembunyikan keburukan hatiku dihadapanmu. Bahkan aku tidak mau kamu tahu itu.

Sebuah nama yang selalu abadi dalam doa, selalu tersirat dalam setiap tulisanku. Aku merindukanmu. Aku tidak berusaha mencari tau apa sebab aku begitu mengagumimu. Bahkan, disela kebosananku ini, aku masih berharap kesibukanmu terbagi untukku.

Malam tadi, kurogoh ponsel diatas kasur, aku membuka passcodenya. Sesaat aku menyempatkan membuka ruang pesanku untukmu. Kamu menyiratkan sederetan kata kecewa. Aku berusaha memecahkan kata-kata itu. Apa daya. Aku mengartikan ungkapan itu untuk gadis lain. Aku patah arang. Aku berawai. Betapa Tuhan sang maha pembolak balik hati begitu hebat menaikan dan menjatuhkan perasaan. Salah siapa? bukan Tuhan. Aku yang terlalu menyimpan pengharapan. Aku mencintai semua tingkah polah dan gerak gerikmu hingga aku lupa bahwa kamu adalah milikNya. Aku selalu melupakan itu. Sekarang, aku berusaha mengmbalikan rasa yang dulu sebelum aku bertemu denganmu. Berusaha tenang dan berusaha melepas segala ingatan dan obsesiku terhadapmu.

Aku hanya bingung apa aku harus menunggu atau pergi. Kenapa aku harus menunggu? karena otakku masih menyisakan ruang firasat bahwa kamu akan menoleh ke arahku. Kenapa aku harus pergi? karena aku sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya kamu rasakan. Aku takut semua berujung sia-sia. Ketidakmungkinan itu terlaku banyak. Dan aku memilih pergi karena tak ada alasan bagiku untuk tetap tinggal.

Aku yakin, Tuhan mungkin memberikan jalan lain untuku masih bisa mengenalmu. Tentang keinginanku yang ingin memperpanjang obrolan bahkan lebih dekat dan belajar dengamu itu, aku ikhlaskan. Semoga kita bertemu dilain kesempatan. Mungkin tidak sekarang dan tidak disini. Itu berat. Aku berusaha. Semoga "gadismu" itu lebih lebih mengenalmu.


Seseorang yang selalu mengabadikanmu dalam tulisannya.

Komentar

Postingan Populer