Hari-Hari Setelah Perkenalan Itu

04.08 Baru saja ponselku berbunyi. Pesan singkat darimu.


Langit Bandung yang cerah, kita dipertemukan. Tidak ada kejadian apapun yang terjadi secara kebetulan. Bagaimanapun alurnya, apapun penghubungnya, Tuhan sengaja mempertemukan aku dengan kamu. Tuhan menyisakan sedikit waktu untuk kita saling berkenalan. Perkenalan itu berlanjut ke tempat yang berbeda dimana kita sama sama terlibat dalam kegiatan organisasi yang sama. Tidak ada kesan apapun dari perkenalan singkat itu selain aku sering mendengar omongan orang tentangmu yang pandai di bidang jurusan kuliahmu itu. Perkenalan kita sangat instan, tidak berarti apa-apa dalam hari-hariku. Kita hanya pernah mengobrol singkat tertawa-tertawa karena leluconmu didepan banyak orang. Tanpa tahu, perasaan itu menyeringai dibalik punggungku, diam diam menelusup kedalam bilik-bilik hatiku mengisi kekosongan yang tersisa, lambat laun menghapus yang ada. Sesederhana itu kamu merenggut ruang-ruang kosong hatiku. Hari demi hari berlalu, kini cara matamu memandangku sudah tak lagi kuanggap biasa, caramu mengeluarkan kalimat dari mulut manismu itu kini perlahan membuatku menjadikannya alasan untuk menunduk dan tersenyum tertahan didada. Gerak gerikmu kini membuat bola mataku gagal fokus memandang objek didepanku, otot mataku bekerja tidak sesuai dengan fungsinya, pupil mataku menyempit sehingga cahaya yang masuk tidak sepenuhnya dari depan, bayangan bayangan objek jelas itu kabur dan kamu yang menjadi sumber cahaya yang masuk kedalam mataku, aku tetap mengawasi kegiatanmu dari samping sudut mataku. Sesekali mataku ini selalu nakal, mencoba mencuri pandang kearahmu karena sadar kamu tidak memandangku saat itu. 


Ketahuilah, saat mata kita bertemu, badanku melemas seketika, otot jantungku bekerja dua kali lebih cepat, serasa kupu-kupu berterbangan didalam perut diatas pusar, keringat dingin gugup menyeruat kepermukaan kulit luarku, otot kakiku seakan melemah dan sukar menopang badanku yang sedang tegap, tanganku buru-buru mencari tempat untuk dijadikan pegangan karena gemetar. Matamu bisa semelumpuhkan tubuhku. 


Aku menemukan ketertarikat-ketertarikan yang disebabkan olehmu, lalu apa ini hanya ketertarikan sesaat? Apa mungkin aku hanya merasa kamu adalah sumber energi yang membuat sel sel otot tubuhku kembali hidup karena telah sekian lama dibuat mati oleh orang-orang tak bertanggungjawab? sebongkah perasaan-perasaan kecil yang membuat bibirku melengkung keatas setiap kali mengingat hal tentangmu. Apa aku jatuh cinta? Kenapa sesingkat ini aku merasakan jatuh cinta? Terlalu terburu-buru jika aku merasa sesenang ini. 


Banyak hal yang tak akan sempat tergambarkan dalam tulisan ini, hari-hari yang semakin penuh warna setelah insiden perkenalan itu, maksudku saat aku tersadar bahwa ada perasaan yang tak biasa saat aku menatap matamu dan duduk di jok belakangmu. Malam itu jadi saksi kita berdua diantara kata yang tidak sempat terucap. Saat aku mengucap terimakasih sudah menolongku untuk sampai ke Kost-ku, ada perasaan yang tersisa, ada hal yang tertinggal saat kamu perlahan menjauhiku dan berharap menengokku dari kaca spionmu. Beku. Hatiku beku saat itu, sekelilingku seperti terhenti kehabisan waktu untuk bergerak, detak jantungku mengencang membuat bagian tubuhku yang lain serasa lumpuh karena detak itu terlalu kuat. 


Semakin hari semakin aku merasa aneh dengan perasaan ini, setiap kali sosokmu berpapasan denganku, ada hal, ada hal yang membuatku banyak berharap untuk bisa ada pada setiap kesibukanmu. Matamu mengisyaratkan sesuatu yang membuatku berpikir kamu memiliki perasaan yang sama. Kamu terus menunjukan jalan terang untuk menuntunku menuju kenyataan. Benarkah? Ah, setiap kali aku merasakan angin berhembus dari samping menghempas pipi dan batang hidungku dengan lembut, mereka membawa kabar buruk yang berhasil membuat jantungku menciut. Bagaimana mungkin, seorang seperti kamu menaruh hati pada gadis yang lemah dan selalu melibatkan perasaan sepertiku. Terkaanku yang terlalu jauh seringkali menghempaskan badanku ketanah yang keras dan membuatku berteriak sakit. Sesakit inikah mengagumi kamu? Ada fakta dan ada masalah. Faktanya aku mulai diam diam nyaman dengan obrolan singkat malu malu itu dan jatuh cinta dengan caramu menyapaku kaku. Masalahnya, kita berbeda. Keseharianmu beda, kegiatanmu beda, teman-temanmu beda. Keahlian kita beda. Mambuatku minder dan berpikir ketidak mungkinan kamu bersama gadis sepertiku. 


Banyak hal yang menyuruhku untuk tidak larut dalam kekaguman-kekaguman ini. Hanya berharap waktu membawa kenyataan yang menyenangkan hati, ya bisa bersama kamu misalnya. Banyak hal yang takkan pernah terucap karena akan sulit tersampaikan, faktanya kamu seperti tiidak memiliki waktu untuk melayani obrolanku yang tidak penting ini. Kamu selalu mengakhiri chat yang selalu aku mulai. Ah, jangan banyak menaruh harapan.


Tubuh ini terhempas keatas kasur dengan kaki bergelantung keatas lantai. Tangan satuku memegang tali tas yang sedari tadi melilit di bahuku. Wajahmu begitu jelas. Saat ini aku sedang jatuh cinta, dan biarkan aku dalam keadaan sejatuh-jatuhnya. Kamu seseorang yang tiba-tiba mampu membuatku seakan membutuhkanmu, seseorang yang membuatku terus mengingat wajahmu setiap kali ingin memejamkan mata diruangan yang gelap kehilangan partikel cahaya dan seseorang yang membuatku pertama kali mengingatmu saat terbangun dipagi hari.





Terinspirasi dari beberapa bait lagu Payung Teduh - Berdua Saja, dan Kamu yang seenaknya menyelusup ke dalam ruang kosong sel sel otakku.

Komentar

Postingan Populer